Menjawab
pertanyaan dapat berarti memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan atau lebih
yang disertai dengan alasan – alasan yang kuat dan logis. Di dalam kehidupan
sehari – hari menjawab pertanyaan berarti bersifat responsive, yakni sikap
manusia yang berkebutuhan untuk berkomunikasi setiap harinya demi tanggungjawab
yang relevan. Respon yang diharapkan dapat saja cepat memuaskan si pemberi
tanya, tetapi seringkali menimbulkan pertanyaan - pertanyaan lainnya.
Pertanyaan
– pertanyaan yang mengikutinya biasanya disertai dengan kesalahpahaman atau
kekurangpahaman si pemberi tanya ataupun si pemberi jawaban. Sebagai akibatnya,
konflik pun seringkali tidak terhindarkan dan timbullah masalah baru.
Kemungkinan terjadinya konflik yang besar terjadi karena pertanyaan diterima
oleh yang ditanyai tetapi tidak terselesaikan. Sementara konflik yang kecil
terjadi karena pertanyaan – pertanyaannya dapat dijawab dan terdapat
pengungkapan pemahaman tetapi jawaban yang diberikan mungkin kurang sempurna. Dengan
demikian patut dicurigai bahwa sesungguhnya pertanyaan itu dapat dipelajari
sebelum diberikan kepada penjawab. Begitulah yang harus dipelajari dan wajib
diperhatikan oleh guru Matematika.
Terlepas
dari latar belakang guru Matematika di sekolah – sekolah, baik yang mengajar di
sekolah – sekolah dasar hingga sekolah – sekolah tinggi atau universitas, perlu
diadakan sebuah usaha yang optimal ketika memberikan pertanyaan untuk siswa –
siswinya. Tujuan dan waktunya harus tepat untuk menghindari kerancuan jawaban.
Setidaknya
ada dua manfaat utama pertanyaan. Pertama, sebuah pertanyaan dapat saja
diberikan untuk mengawali sebuah pembelajaran.
Misalnya seorang guru bertanya “Apakah yang akan terjadi jika bentuk
bumi seperti kubus?” akan mengundang siswa - siswi untuk berpikir lebih
kompleks dan kritis untuk memberikan jawaban yang cenderung praktis. Jika
mereka tidak dapat menjawabnya maka Anda tidak perlu membuat pertanyaan lain.
Cukup dengan memberikan mereka sebuah pekerjaan yang memudahkan mereka di dalam
menjawab pertanyaan tersebut. Tentu saja jawaban yang dihasilkan pun akan
bersifat tidak nyata dan memerlukan sebuah analogi besar. Manfaat yang pertama
ini boleh dipelajari lebih lanjut dengan Problem
– based Learning atau Project – based
Learning.
Tidak
terlepas dari manfaat yang pertama, sebuah pertanyaan dibuat untuk mengetahui
batas kemampuan siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Perlu dipahami
bahwa menanyakan sesuatu tentang yang sudah pernah dialami termasuk hal yang
mudah. Kemampuan yang diujikan hanya satu, yaitu mengingat alias menghafal.
Itulah sebabnya seringkali ujian – ujian formatif dan sumatif sekolah dan ujian
- ujian nasional seringkali tidak dapat dijadikan pemetaan kualitas pendidikan.
Pertanyaan “Jika ibu membeli dua telur ayam dan ayah membeli lima telur ayam,
berapakah telur ayam yang dibeli oleh ayah dan ibu?” tidak dapat dijadikan
sebuah pertanyaan untuk mengetahui pengalaman belajar siswa di semua tingkat
pengetahuan, apalagi di semua tingkat usia.
Sebaliknya,
seorang guru tidak dapat memberikan pertanyaan “Berapakah luas sebuah persegi
panjang jika panjangnya dua kali lebarnya?” apabila siswa – siswinya belum
pernah belajar mengenai persegi panjang dan perkalian dua suku aljabar. Jadi,
jangan terkejut jika sewaktu Anda mencoba memberikan pertanyaan seperti itu
kepada siswa sekolah dasar maka jawabannya sangat jauh dari kategori memuaskan.
Pemahaman yang benar tentang memberikan
pertanyaan akan memberikan hasil yang baik dan perkembangan yang baik pula
untuk siswa – siswi. Seiring dengan pembelajaran di kelas, seorang guru
Matematika perlu memilihkan pertanyaan – pertanyaan seperti apa yang akan dan
sebaiknya diberikan di dalam ujian. Seringkali, validasi dan reliabilitas
pertanyaan – pertanyaan itu perlu diuji sehingga penilaiannya dapat dipercaya
dan diterima. Jadi, sudahkah Anda memberikan pertanyaan dengan benar?
Komentar
Posting Komentar